MALANG – Model pendidikan karakter yang diterapkan SMPN 1 Malang
ternyata cukup ampuh membentuk karakter siswa. Setiap siswa memiliki
buku catatan pelanggaran dan kebaikan. “Kalau melakukan pelanggaran
mereka mendapat poin, nah kalau mereka melakukan kebaikan, seperti
memungut sampah, mereka akan mendapat reward untuk menghapus poin
pelanggaran tadi, ya istilahnya mereka punya buku catatan amal sendiri,”
ungkap Urusan Kesiswaan SMPN 1, Agustin Tri Wulandari, S. Pd kepada
Malang Post kemarin.
Dikatakannya, buku pegangan tersebut
merupakan pembiasaan sehari-hari supaya karakter anak terbentuk. Menurut
perempuan yang akrab disapa Agustin itu, dengan pembiasaan seperti itu
kebiasaan-kebiasaan tidak baik siswa ketika pertama masuk kini sudah
mulai ada perubahan yang lebih baik.
Sesuai dengan visi sekolah,
pihaknya ingin membentuk siswa yang unggul, berbudi pekerti yang luhur
dan berwawasan lingkungan. “Perubahannya, anak-anak bisa menjadi lebih
santun, peduli sama kebersihan dan mereka sudah bisa memahami tentang
berbagai hal yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak boleh dilakukan,”
kata perempuan asli Probolinggo itu.
Agustin menjelaskan, secara
prestasi pun pihaknya selalu memacu semangat peserta didiknya untuk
semakin lebih baik. Salah satu contohnya, siswa yang meraih prestasi
berupa memperoleh nilai Ujian Nasional (UN) akan mendapat hadiah dari
sekolah.
“Siswa yang memperoleh nilai UN 10 mendapat hadiah dari
sekolah, kemudian dari kepala sekolah secara pribadi serta hadiah dari
pemerintah kota, bahkan tahun kemarin itu ada beberapa siswa yang
mendapat nilai 10 di tiga mata pelajaran UN,” terangnya.
Menurut
Agustin, penghargaan seperti itulah yang memacu semangat siswa untuk
berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Karena itu, menjelang pelaksanaan
UN pada Mei mendatang, setiap hasil ujian try out, pihaknya
mengelompokkan nilai siswa ke dalam 2 kelompok. Yaitu kelompok high dan
low.
Ia
menambahkan, dengan dikelompokkan seperti itu, peserta didiknya yang
berada di kelompok low termotivasi belajar lebih giat untuk berada di
kelompok high. Persaingan seperti itu yang menurut Agustin akan memacu
semangat belajar siswa hingga akhirnya di UN nanti memperoleh nilai
membanggakan.
Di luar prestasi akademik, pihaknya terus berupaya
menanamkan nilai-nilai etika pada siswanya. Perempuan yang juga sebagai
guru olahraga itu menuturkan, sekolah tidak cukup hanya mengarahkan
siswa untuk cerdas secara intelektual, tapi juga harus cerdas secara
emosional terutama etika.
Ia menambahkan, lulusan sekolah yang
bersertifikasi ISO 9001 IWA 2:2007 itu memang cukup berbeda, yaitu lebih
santun dan ramah. “Konsep pendidikan yang kita ajarkan pada anak-anak
itu bahwa hidup itu tidak hanya mengandalkan kepintaran tapi juga harus
punya etika, jujur dan bertanggung jawab,” tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar