W
ayang klithik terbuat dari kayu dengan dua dimensi (pipih) yang hampir mendekati bentuk wayang kulit.
Terdapat persamaan antara wayang kulit dengan wayang klithik, misalnya pada gamelan, vokalis, bahasa yang digunakan dalam dialog, desain lantai, alat penerangan yang dipakai dalam pertunjukan dan lain-lain.
Meskipun demikian, banyak juga kita jumpai perbedaan-perbedaannya.
Pertunjukan wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang kadang-kadang di dalamnya diselipkan penerangan-penerangan dari pemerintah. Setting panggung sedikit agak berbeda dengan wayang kulit.
Wayang klithik ini meskipun desain lantainya berupa garis lurus, tetapi tidak menggunakan layar, untuk menancapkan wayang digunakan bambu yang sudah dilubangi.
Ceritera yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang klithik diambil dari ceritera babad, dan umumnya hanya diambil dari babad Majapahit, mulai dari masuknya Damarwulan menjadi abdi sampai dia menjadi raja.
Dalang dalang wayang klithik umumnya memperoleh pengetahuan tentang kesenian dari orang tua mereka yang juga dalang wayang klithik. Lembaga pendidikan untuk dalang wayang klithik tidak dijumpai, sebab wayang klithik memang kurang populer dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar